Senin, 09 Januari 2012

THE WITNESS OF OUR LOVE Part 1

Entah sudah berapa lama aku terseok-seok mencari keberadaan Ira di kota yang identik dengan menara Eiffel ini. Namun, hasilnya nihil…tidak ada jejak yang kutemukan. 

Aku belum menyerah, namun aku mengesampingkan masalah Ira untuk sementara ini dan berfokus pada kuliah di salah satu universitas yang terkenal di Paris. Untunglah aku dapat menjadi salah satu mahasiswa Indonesia yang beruntung bisa kuliah di sini, di Paris ini.

Memang rencananya aku akan tinggal bersama kakakku, tetapi semuanya berubah. Aku lebih memilih tinggal di apartemen yang terletak dekat pusat kota bersama Rangga dan Setyo dengan tujuan supaya aku dapat mencari Ira dengan leluasa.

Hari pertama kuliah…

Aku termangu menunggu dosen yang akan masuk kedalam ruangan. Untunglah ada Rangga dan Setyo yang masih menemaniku hingga di universitas ini. 

Aku sibuk berpikir tentang Ira sehingga aku tidak peduli dengan keadaan disekitarku hingga aku disadarkan oleh Rangga.

”Rif…ada kabar soal Ira nggak?” Rangga menyikut lenganku

”Huuff….belum ada…aku udah cari info kemana-mana tapi tetep aja…nihil” aku menyahut dengan lemas

”Huuh…sabar ya Rif…kita coba lagi aja…” Rangga tersenyum dan menepuk bahuku.

”Hmmff….iya…iya gam—“ kata-kataku terhenti di tenggorokan

Aku melihat seorang cewek yang berkulit putih dengan rambut pirang bergelombang, tingginya hampir sama denganku, kutebak keturunan Russia. Ia sedang berjalan kearah tempat duduk di bagian tengah diiringi tatapan setiap cowok diruangan ini, termasuk aku.

Wajahnya luar biasa cantik dan aku merasa bahwa di universitas ini yang berisi cewek-cewek dari puluhan negara berbeda, hanya dia yang paling cantik. Aku benar-benar menyukai wajahnya, rambutnya, cara berpakaiannya, dan wah…semuanya!

Sejenak aku hilang pijakan dari muka bumi ini.

”Rif? Rif?? Kamu kenapa?” Setyo mengguncang-guncangkan bahuku

”Ah? EH? Kenapa?” aku menggeleng-gelengkan kepala

”Dosennya udah masuk…jangan kaya orang bego gitu dong…!”

”Ah iyaa…maaf…”

Hari pertama kuliah, mata kuliah pertama, dosen pertama dan saat itu juga pikiranku nge-blank. Aku mengikuti mata kuliah sampai selesai dengan tatapan kosong dan hanya mengangguk-angguk bodoh.

Mataku selalu tertuju pada cewek Russia itu. Huuuffhh…rasanya ruang kosong yang ditinggalkan Ira tiba-tiba terisi kembali dan sesuatu yang telah lama hilang sudah aku dapatkan lagi.

Siang hari itu, musim semi…
Udara sejuk, tidak seperti di Indonesia yang panas…

Di kantin saat itu cukup ramai. Aku, Setyo dan Rangga berjalan dengan tenang menyusuri kelompok-kelompok mahasiswa/i yang tengah bercakap-cakap.

Tubuh Rangga yang atletis dan tinggi ternyata cukup menarik perhatian, buktinya banyak cewek-cewek yang cekikikan sambil memperhatikan Rangga dari atas kebawah.

”Hey ladies!” Rangga mengacungkan jarinya kepada sekelompok cewek Inggris yang tengah berbisik-bisik sambil sesekali melirik kearahnya.

Diperlakukan seperti itu, cewek-cewek itu langsung cekikikan dan meja mereka menjadi ramai. Namun, yeah, pasti ada dampak negatif nya…yaitu cowok-cowok Inggris menatap Rangga dengan sinis.

“Ngga, hari pertama kuliah…jangan cari musuh dong…” ucapku sambil menghela nafas

Aku menarik bangku panjang tempat mahasiswa/i dari Indonesia sedang berkumpul. 

Memang sikap primordialisme sangat tampak disini. Kebanyakan orang hanya mau berkumpul dengan teman senegara dan sebangsanya saja. Maka tidak heran kalau banyak kelompok-kelompok ras disini.

“Uuuff...” aku meletakkan kepalaku dimeja…kepalaku pusing…

“Rini” seorang cewek manis mengulurkan tangannya kepadaku

”Hah??” kuangkat kepalaku dengan cepat

”Rini. Nama kamu siapa?” ia tersenyum.

”Ohh…hei…Arif…” kujawab sekenanya sambil menjabat tangannya.

Kuperhatikan wajahnya yang manis, kulitnya putih, rambutnya panjang bergelombang sebahu dan buah dada ukuran 34a…mungkin…ah, aku tidak begitu mengurusi ukuran payudara! 

”Oiya, kenalin, ini Setyo dan Rangga…” aku memperkenalkan kedua sahabatku yang segera menyalami Rini dengan hangat.

”Salam kenal! Ini Enggar, Pram, Edi dan blablablabla—“ Rini memperkenalkan teman teman satu bangsa kami satu persatu

Aku dengan enggan dan senyum dipaksakan menerima uluran tangan mereka. Bukan apa-apa tapi hanya karena kepalaku sedang pusing saat itu.
Rata-rata orangnya ramah dan hangat. Aku menyukai mereka, tapi bukan sekarang.

“Uuuugghh!!” aku menutup mulutku dengan tangan. Perutku serasa berputar dan aku ingin muntah.

”Permisi…permisi!!” aku berlari secepat yang aku bisa kearah toilet pria disalah satu pojok ruangan. 

Kelompok-kelompok primordialisme itu memandangku dengan tatapan heran melihat seorang mahasiswa aneh dari Indonesia yang berlari pontang-panting kearah toilet. Uh..aku tidak peduli!

Kubuka pintu toilet dengan kasar dan aku pun muntah. Aku memuntahkan cairan kuning yang pahit.
Memang agak lega, tapi kini aku merasa lemas. Aku memaksakan diri berjalan ke wastafel di toilet itu.

”Sialan…semuanya semakin buruk…!” pikirku

Aku mencuci mukaku dan menatap cermin. Wajahku sudah jauh berubah sejak keberangkatanku dari Indonesia. Aku bisa melihat guratan-guratan kesedihan diwajahku saat itu. Kalau boleh jujur, akupun tidak mengenali wajahku. Hanya teman-temanku yang merasa bahwa wajahku tidak berubah.

“Ira…kamu dimana sayang?” aku berbisik kepada bayanganku dicermin dan menghela nafas.

Aku keluar dari toilet dan berjalan terseok-seok. Ketika aku melihat kearah meja anak-anak Indonesia, tanpa sengaja mataku tertumbuk pada seorang gadis. Yep, cewek Russia itu. Ia berkelompok dengan cewek-cewek Perancis yang membuatku heran tentunya. Ah, mungkin aku salah, mungkin dia cuma keturunan Russia.

Aku mendekat kearah cewek itu. 
Teman-temannya masih ribut cekikikan dan tertawa-tawa.

“Hei, boleh kenalan?” aku tersenyum sambil mengulurkan tangan

Tiba-tiba saja meja cewek-cewek itu menjadi sepi. Mereka menatapku dengan pandangan jijik. Aku malu, tapi sudah terlanjur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar